Tak Kenal Maka Kenalan: Yuk, Memahami Gen-Z Lebih Dekat!

 


Gen Z adalah generasi muda yang lahir antara tahun 1997-2012. Jadi, jika ditarik rata-rata umur mereka saat ini berkisar antara 28-13 tahun. Nah, kali ini kita okus memahami Gen Z di rentan usia 22 tahun ke atas, usia produktif bekerja. Banyak sekali stigma negatif tentang Gen Z. Apakah semua benar? Hmm, belum tentu, loh! Yuk, kita kenalan sama Gen Z biar makin sayang sama generasi peners yang unik! Hehehe.

Gen Z tumbuh di masa-masa sulit. Di era perpindahan teknologi dan pandemi yang memaksa mereka untuk hidup dengan social distancing dan serba online. Generasi ini juga sering disebut generasi Digital Native atau orang-orang yang tumbuh bersamaan dengan reformasi digital. Selain berada pada masa peralihan reformasi digital, Gen Z juga hidup di masa suslitnya pandemi. Masa itu memaksa mereka untuk lebih sering berhubungan dengan gadget dan sedikit berinteraksi.

Imbasnya, banyak Gen Z (tidak semua) mengalami kesulitan dalam membangun hubungan sosial. Mereka lebih menyukai interaksi secara tidak langsung, melalui chatt atau internet dan menghindari bertatap langsung.


 

Mengenal Pola Pikir Gen Z yang Unik

Pola pikir Gen Z ditandai dengan adaptasi teknologi yang cepat, keinginan untuk fleksibilitas, pemikiran yang terbuka terhadap keberagaman, serta semangat kewirausahaan. Mereka cenderung pragmatis, mencari makna dalam pekerjaan, dan menghargai keseimbangan kehidupan kerja. Namun, Gen Z juga dihadapkan pada tantangan seperti stres, kesepian, dan kesulitan dalam menghadapi kegagalan. Beberapa pola pikir Gen Z yang mungkin bisa kita terapkan di real life, antara lain;


1.      Pragmatis

Pragmatis adalah seseorang atau sesuatu yang menekankan pada tindakan praktis, hasil yang nyata, dan kegunaan dalam mencapai tujuan, seringkali dengan mengabaikan pertimbangan lain seperti teori atau idealisme. Dalam konteks filsafat, pragmatisme adalah aliran yang menganggap bahwa kebenaran suatu ide atau tindakan ditentukan oleh hasil praktisnya. Gen Z lebih menyenangi tindakan praktis yang langsung berorientasi pada hasil daripada teori yang rumit dan bertelee-tele. Pragmatis juga bisa diartikan dengan sikap berpikir cepat tanpa harus memikirkan sesuatu yang rumit. Orang-orang bersifar pragmatis biasanya lebih fleksibel sehingga lebih cepat menyesuaikan diri dengan situasi yang tiba-tiba berubah.


2.      Work Life Balance

Selain itu, Gen Z juga menekankan pada keseimbangan dunia kerja dan pribadi atau yang lebih sering kita kenal dengan work life balance. Work life balance adalah kemampuan seseorang untuk menyeimbangkan antara waktu dan energi yang dihabiskan untuk pekerjaan dengan waktu dan energi yang dihabiskan untuk kehidupan pribadi, termasuk keluarga, hobi, dan kegiatan lainnya di luar pekerjaan.

Mengapa hal ini penting dilakukan? Ya sekali lagi hidup itu harus seimbang. Kita tidak bisa menghabiskan seluruh waktu dan tenaga kita untuk kepentingan kantor semata. Kita harus belajar memberi batasan pada diri untuk menentukan kapan waktu untuk bekerja dan kapan waktu untuk istirahat. Kenapa? Karena mengutamakan diri sendiri itu tak kalah pentingnya. Dengan bekerja sesuai porsi, kita akan bisa mengontrol pola hidup kita agar lebih sehat dan berkualitas. Nah, pemikiran Gen Z yang satu ini cocok kan untuk diterapkan di dunia kerja?


3.      Kreatif dan Inovatif

Kreatif dan inovatif adalah dua hal yang saling berkaitan, namun memiliki makna yang berbeda. Kreatif merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru, orisinal, dan imajinatif. Sedangkan inovatif adalah kemampuan untuk menerapkan ide-ide kreatif tersebut menjadi sesuatu yang baru, berbeda, dan bermanfaat, serta dapat diimplementasikan dalam bentuk produk, layanan, atau proses. 

Keduanya sangat penting dalam berbagai bidang, termasuk bisnis, pendidikan, seni, dan kehidupan sehari-hari. Kreativitas membantu seseorang untuk menghasilkan solusi baru untuk masalah, sedangkan inovasi membantu mewujudkan solusi tersebut dan memberikan nilai tambah. 

Contoh kreatif di dunia usaha, Seorang pemilik restoran memiliki ide untuk menciptakan menu makanan baru dengan bahan-bahan yang tidak biasa. Sedangkan inovatif adalah saat pemilik restoran kemudian mengembangkan resep baru tersebut, mengemasnya dengan menarik, dan memasarkannya kepada pelanggan. Hasilnya adalah produk baru yang unik dan sukses di pasar. Dari contoh tersebut sudah barang tentu jika kreatif dan inovatif adalah dua hal yang biasa berjalalan beriringan.


4.      Melek Teknologi

Melek teknologi atau literasi digital adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan, dan berpartisipasi dalam perkembangan teknologi. Di era digital ini, melek teknologi sangat penting karena teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, membantu kita dalam berbagai aspek seperti pekerjaan, pendidikan, dan interaksi sosial. 

Teknologi membuat pekerjaan menjadi lebih efisien, hemat waktu, dan biaya. Selain itu teknologi juga memberikan akses mudah ke berbagai sumber pengetahuan dan informasi, termasuk sumber-sumber global. Dia membuka konsep pembelajaran baru, memberikan fleksibilitas, dan memfasilitasi kolaborasi online.

Posting Komentar

0 Komentar